Senin, 01 September 2014

Bersaing Secara Global : Duka Bekerja Secara Online

Kali ini saya akan menulis menyuarakan opini saya. Saya nggak akan menyebut soal nama website, karena bukan itu yang saya bahas.

Saat ini sudah banyak bertebaran berbagai kerja online, pekerja-pekerja freelancer. Tapi fakta yang bikin miris ialah mereka menerima gaji yang dibayar di bawah harga minimum.







Saya sih tidak berniat menyalahkan klien yang mencari pelamar secara online supaya dipikir bisa menghemat anggaran. Karena memang biasanya kan kita mau menghemat pengeluaran, ya nggak?

Tapi kalau memang mereka mau menghemat, seharusnya dari awal ditulis "will hire the lowest bid"
Yang intinya akan menghire orang yang mengajukan bayaran terendah.
Supaya yang mengajukan dengan harga tinggi tidak akan sia-sia waktu dan tenaga.

Sayangnya, masih banyak orang tetap menerima pekerjaan dengan gaji dibawah minimum. Kadang saya bertanya dalam batin, apa mereka ini tidak tahu harga standard? Seharusnya mereka melakukan search atau mengunjungi forum-forum yang mendiskusikan soal gaji.
Banyak freelancer, baik yang punya kemampuan ataupun iseng sering tidak memperhatikan aspek ini dan langsung main terjun saja, kemudian nantinya kecewa.

Kalau saya baca di forum-forum, banyak yang protes dan mengatakan bahwa itu adalah "SLAVE LABOUR"!!

Karena situs-situs itu internasional makanya dibayar dengan uang internasional juga, yaitu US$. Yang memang kalau diuangkan ke Indonesia pasti jumlahnya banyak. Tapi jangan tergiur hanya karena mendengar kata dollar.

Mungkin ada yang berpikir itu sah-sah saja karena bayarannya kan sesuai dengan harga negaranya, ya nggak?

Tapi tahukah kalau perbuatan yang mengajukan bayaran terendah ini tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain yang mengajukan harga lebih tinggi?
Kalau mengajukan harga yang begitu rendah, tidakkah kalian merasa pekerjaan tidak dihargai?
Orang akan berpikir kualitas yang kalian berikan sangat rendah dengan menerima gaji yang rendah.

Contohnya dari penelitian saya.

Kalau menerima pekerjaan terjemahan bahasa asing, gaji paling super minimum adalah 0.08US$ per kata (tergantung terjemahan bahasa apa)
bisa 0.11 US$

Ya mungkin cincay lah dapet 0.02 karena kita di negara Indonesia. Apalagi kalau kita belum pengalaman. (Walau itu aja kasihan banget sebenarnya hiks hiks)

Suatu waktu ada klien yang mencari pelamar dengan pekerjaan menerjemah sebanyak 3762 kata.
Anggaran yang dia miliki sekitar 50-100 US$

Saya melakukan perhitungan, dan bila mengikuti 0.02 per kata, maka jatuhnya kamu akan mendapat 75 US$ lebih sedikit. (Ini saja sudah sangat di bawah minim kalau buat di US sana)

Aku bilang minim bukan karena aku tamak, tapi memang bicara kenyataan.
Banyak dari kita yang tidak tahu menahu soal harga, telah ditindas dalam harga juga :(
Ini data dari 2 sumber. Itu bayaran per kata.
http://search.proz.com/employers/rates
http://www.translatorscafe.com/cafe/CommunityRates.asp

image

image

Tapi setelah beberapa lama, akhirnya yang diterima adalah orang yang mengajukan 40 US$.

Kalau orang bule liat bakalan bilang.
"You gotta be kidding me!"
Or
"Can you believe this situation?!"
Or
"This third world country people stealing all the jobs from us!"

Mungkin banyak yang berpikir 40 US$ kan sudah banyak. banting meja
Ya memang banyak buat Indonesia. Coba saja 40 dikali 12.900 atau 13.000 (apabila 1 US$ sekarang 12.900 atau 13.000)
Tapi musti dicatat, ini website internasional. Sudah sewajarnya kita bersaing secara global

Bego kalau kamu oke-oke saja sudah ditindas harga TT TT

Penjelasan lebih lanjut. Itu hanya total yang dibayar oleh klien. Sedangkan nanti total gaji yang kita dapat akan dipotong oleh websitenya.
Tergantung websitenya, ada yang meminta 10% dan ada juga yang meminta lbh sedikit.
Kalau misalnya dipotong, kemungkinan pelamar tersebut hanya akan mendapatkan sekitar 37.25 atau 36 US$ (seperti yang kubilang, tergantung websitenya)
Karena 3 dollar itu untuk dibayar ke websitenya.

Jadi sadarkah sudah bekerja di bawah standard? 40 US$ itu bahkan tidak mencapai anggaran yang klien punya yaitu 50 US$.

Kalau hanya seperti itu kalian belum bakal kaget, karena di internet masih banyak pekerjaan lain yang lebih nggak masuk akal bayarannya.


Kalian juga yang meminta gaji rendah itu sebenarnya menurunkan kualitas -> malah mendorong klien untuk terus mencari orang yang bisa digaji rendah.

Nilai kalian bisa lebih tinggi dari yang kalian kira.

Contoh yang pernah kutemui lagi.
Meminta terjemahan sebanyak 150 ribu kata yaitu seribu halaman, namun bayarannya cuma 500 US$
Mungkin ada yang tergiur dengan jumlahnya, tapi percayalah. It's not worth it. Coba saja hitung 1000 halaman bagi 500. Intinya kamu mengerjakan 2 halaman penuh bayarannya cuma 1 dollar. Padahal 1 dollar paling hanya 12.900 rupiah.
12.900 buat 2 halaman???!! Mending kalau 1 halaman cuma 1-2 paragraf pendek, tapi sayangnya ini full.
Waktu dan tenaga kamu akan dihabiskan untuk pekerjaan dengan gaji di bawah standard.

Sementara nerjemahin novel di Indo, 1 halaman dihargai 152ribu (menurut Himpunan Penerjemah Indonesia untuk tahun 2014 ini)

Kamu mungkin akan senang membayangkan akan menerima uang segitu banyak (walau sebenarnya sudah tertipu besar).
Tapi waktu mengerjakan, kalian tentu tak akan lepas dari rasa pusing selama satu setengah bulan (waktu deadlinenya) dan mungkin setengah menyesal karena mengingat bayarannya tak setara pekerjaannya.

Yang membuat saya kesal di bagian akhir, si klien menulis "good wage"
Padahal jelas-jelas dia tergolong 'klien nakal' yang mempekerjakan orang di bawah gaji standard.
Coba anggapnya kamu narik super super super rendah 0.01 US$ per kata. Jadi harusnya dapat 1500 US$.
Lihatlah, bayarannya saja sudah 3x super duper rendah.
Ini true, saya bukan hanya mengada-ngada.

Contoh lain lagi. Buat 100 collage image dari video dengan bayaran 100 US$.
Kedengarannya oke, tapi bagaimana bila 1 collage ternyata minimal harus berisi 30 gambar?
Apalagi waktu di awal menerima pekerjaan itu kamu tidak diberi detail pekerjaannya.
Dan gambar-gambar itu kamu harus ambil dari video secara online (yang bakal bikin kamu muak karena koneksi Indonesia lambatnya minta ampun)
Lalu kamu masih harus membersihkannya dari watermark yang menempel pada setiap video tersebut.
Dan kalau ternyata 1 collage yang kamu bikin gak worth 1 dollar bagi kliennya? Tentunya bakal disuruh revisi lagi.

Saya sudah pernah merasakan dan benar-benar kapok yang satu ini. Akhirnya saya batalin kerjaan ini, karena di awal saya tidak menyangkanya sama sekali. Saya tidak meminta bayaran pada klien tersebut karena takut terjadi perselisihan dan karena tidak mau menodai reputasi.
Akhirnya saya rugi waktu dan tenaga. Apalagi di awal-awal saya diberi test sebelum diterima.
Tapi apa yang saya dapat? Hasilnya 0 dollar.

Contoh lain lagi yang kemudian pada akhirnya kutolak juga.
Desain karakter dengan 40 ekspresi. Bayaran cuma 80 US$.
Itu jelas sangat murah, tapi waktu itu saya terima karena daripada tidak ada kerjaan.
Kemudian ujung-ujungnya karakter itu harus diwarna juga.
Klien juga menuntut kualitas (padahal sudah bayar di bawah gaji minimum, ckckck)
Padahal bayangkan, satu ekspresi kamu harus buang waktu sekitar 2-4 jam (tergantung kemampuanmu)
Worth kah? Enggak.

Sementara orang lain sudah bekerja sebagai pelayan hotel atau kasir mini market dan mereka mendapat minimum 7-10 dollar Singapore per jam di Singapore. (tergantung negara tempat kerja)
Dan kamu hanya mendapat 2 US$ dari 2 jam.
Bahkan masih kalah sama Singapore yang kalau diuangkan ke US$ dari 7 singapore dollar.
1 US$ saat ini kira-kira sama dengan 1.25 dollar Singapore.

Contoh lain lagi.
Saya diterima kerja sebagai pendesain grafis pada sebuah perusahaan di Singapore melalui dunia virtual dengan gaji per jam 3.5 US$.
Kenapa kalian selalu harus menguangkannya ke Indonesia dulu baru bisa berkata cukup?
Catat : lulusan sarjana lho T_T
Bukannya itu terasa menyedihkan?
Kalau diuangkan ke Singapore, maka hasilnya 4.375 S$.
Aku nggak mau jadi orang Indonesia yang dengan bodohnya tetap terus menerus diperbudak tanpa tahu soal harga. Saudariku yang sekolah disana malah ditawari kerja sebagai pelayan dengan gaji 10 Singapore $.
Bayangkan kamu yang lulusan sarjana ini kalah dengan yang bukan lulusan sarjana. Tidakkah merasa direndahkan?
Padahal kerja di depan komputer tak kalah berat dengan yang bekerja secara langsung. Terutama bagi mata, punggung, dan tangan.

Saya minta dinaikkan 1 US$. Tapi saya malah ditanya alasannya dan secara tak langsung diancam bakal mencari orang lain yang menggantikan posisiku dengan upah yang lebih kecil. (Hampir dimana-mana ancaman klien selalu intinya begitu)
Bahkan yang lebih bikin saya "ikh" adalah pernyataannya yang mengatakan bahwa gaji yang saya terima lebih besar dari employee yang lain.
Berarti mereka - 3.5US$ dari gaji saya yang sudah kecil.
Kalau ini bukan kerja secara virtual, bisa dipastikan perusahaan itu bisa dituntut karena mempekerjakan jauh di bawah gaji minimum.
Kemudian dia juga mengatakan alasan memilih saya karena saya masih muda dan ingin memberi kesempatan kerja pada yang masih muda.

Halooo? Aku harap kliennya tidak sedang memeras pekerja yang masih muda karena dikira masih belum berpengalaman.
Auntieku yang kerja di Singapore langsung menyuruh saya untuk berhenti seketika karena nggak worth.
Memang dari kata-katanya sendiri juga aku merasa nggak enak.

Andai kamu adalah lulusan sarjana. Maka gajimu kalah jauh sama orang yang bukan lulusan sarjana. Mereka bisa membuat 10 dollar Singapore sejam. Dan 10 dollar Singapore sama dengan 12.5 US$

Akhirnya saya tolak juga dengan alasan saya tidak bisa memenuhi standard yang diinginkan klien. (Sebagian besar benar, tapi kalau mau ditambah alasannya sebenarnya sih saya juga kecewa dengan klien yang banyak menuntut padahal gajinya gak manusiawi).
Tapi sebagai pekerja, tentunya saya harus menjaga kata-kata saya.
Tidak bisa diselesaikan dengan marah-marah atau kamu akan menyesalinya.


Banyak klien 'nakal' yang berniat memeras waktu dan skill kita karena menganggap kita berasal dari negara berkembang, third world country.
Tapi repotnya kalau ketika kita minta gaji dinaikkan, klien akan berkata bahwa mereka bisa mencari orang lain yang bahkan menerima upah yang lebih kecil darimu.
Kalau sudah begini, bahkan saya pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Kita bekerja secara online tentunya kita memang tidak menggunakan biaya transportasi, tapi kita kan tetap harus menanggung biaya listrik dan software yang digunakan. Belum lagi waktu dan skill yang kita miliki. Dan skill itu tidak diperoleh dalam waktu singkat.
Tapi terkadang ada klien yang seperti tidak bisa menghargai hal itu dan menganggap freelancer sudah seharusnya mendapat gaji lebih kecil.
Jadi saya cuma bisa bilang. Jangan mau menilai rendah harga dirimu. Kamu lebih worth dari gaji rendahmu. Jangan mau dibodohi sama negara lain. Kita sebagai warga negara Indonesia harus punya harga diri. Mereka bakal merasa untung karena dikira kita orang-orang third world country nggak tahu soal harga.


Bukannya bermaksud menghina, tapi lebih baik kamu jangan memilih klien yang berasal dari third world country, kamu bisa dimanfaatkan dengan bayaran yang kecil.

Begitulah saya share pengalaman saya.
Ini contoh semua dari pengalaman saya sendiri di tahun 2014 ini. Mungkin tahun 2015 soal pengaturan gaji pun berubah, atau mungkin tetap sama.

Saya sih hanya ingin yang baca ini merenung saja. Juga mendongkrak kesadaran para-para TKI.
Kalau seperti itu artinya kamu sudah bekerja di bawah standard internasional. Bahkan di bawah standard nasional juga. Gaji-gaji translator di Indo tinggi juga lho. Menurut survey 50% puas sama gajinya.

Saya menulis artikel ini sekaligus curhat.
Karena saya juga ingin Indonesia bisa bersaing secara global. Dan sekedar tahu suka dan dukanya. Bahwa bekerja secara online tak lebih mudah daripada bekerja full time.

Dari forum yang kubaca banyak yang menganut "You get what you pay"
Intinya kamu akan mendapatkan kualitas setara dengan harga yang kamu bayar. Orang-orang di forum pada berharap begitu terhadap mereka yang membayar gaji terlalu rendah.
Saya sendiri juga berharap begitu.

Kebanyakan klien menuntut lebih, mereka pikir ini semua pekerjaan mudah, jadi pelit.
Mereka kurang pengetahuan.

Kalau begitu seharusnya mereka kerjakan sendiri, katanya mudah kan?
Mereka tidak tahu kalau skill yang kita miliki sebagai pekerja tidak bisa didapat dengan hanya sehari.

Ya sudah sekian saja.

Apabila enggak setuju sama pendapat saya, bebas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar